Hiburan paling murah memang menonton tv. Apalagi saat harga minyak dunia naik, orang jadi malas berkendaraan di jalan menuju bioskop. Bensin mahal beli karcis bioskop apalagi. Solusinya lebih baik menonton televisi di rumah. Pilihan yang realistis dan lebih menghibur diantara tumpukan beban hidup yang tambah berat. Lebih keren lagi bila nonton tv berformat digital. Wah, apalagi ini ?
Tentu ini semua bukan sok keren dan gagah-gagahan. Percaya atau tidak, sekarang ini seluruh dunia tengah mempersiapkan migrasi siaran tv analog ke digital. Bahkan Amerika Serikat sudah seluruhnya telah resmi beralih ke siaran digital. Pernah gak sih ngebayangin, dengan siaran digital penonton tv acara American Idol cukup melakukan voting via tv-nya tanpa perlu ber-sms via ponsel seperti pemirsa di Indonesia.
Beadanya apa sih antara tv siaran analog dan digital ? Secara struktur, saluran tv analaog menggunakan gelombang UHF yang hanya mampu digunakan paling banyak oleh 14 channel saluran pemancar tv, sementara tv digital, setiap satu channel yang lebarnya 7-8 MHz bisa digunakan 6 program siaran tv. Kelebihan lainnya, dapat digunakan sebagai jalur internet broadband. Yang terakhir, dengan tv digital kita tak perlu lagi mengatur secara manual antena untuk mendapatkan siaran gambar yang bagus.
Yang memberatkan untuk menikmati siaran tv digital tentu harus berlangganan, istilahnya Pay TV atau TV Berbayar (umumnya Rp. 200.000-Rp.250.000 perbulan, bahkan ada juga yang menggunakan sistem prabayar). Sayangnya, belum semua wilayah dapat menikmati layanan ini. Baru ada 30 TV Berlangganan (60% TV Kabel, 20% satelit dan sisanya Terestrial) di beberapa kota besar saja di Indonesia yang mendapatakan izin beroperasi. Beberapa diantaranya : Aora TV, Astro Nusantara, B-TV, HomeCable, IM2 PayTV, Indovision, M2V Mobile TV, Telkomvision, dll.
Pelanggan TV Berbayar biasanya adalah pemilik rumahan dan korporasi yang tentunya berharap banyak dengan konten hiburan, informasi dan olaharaga yang ditawarkan. Hal ini yang saat ini memunculkan persaingan dan kompetisi antar TV Berbayar yang mulai tidak sehat.
Kalau dulu kita dimanjakan dengan siaran langsung olahraga, terutama sepakbola, secara gratis, kini kita diwajibkan mengeluarkan sejumlah uang atau berlangganan untuk menyaksikannya. Siaran seperti itu kini telah menjadi hak eksklusif dan cenderung dimonopoli oleh kehadiran TV Berbayar. Padahal untuk mendapatkan hak siar dari penyedia premium channel seperti ESPN biayanya luarbiasa besar.
Efeknya tentu bisa dilihat. Saya pun tak lagi akrab dengan siaran langsung olahraga. HomeCable alias Firstmedia alias Kabelvison yang saya gunakan, tak lagi mendapat ijin untuk menayangkan siaran langsung sepakbola dari TV swasta lain atau TV Berbayar lain. Kini, setiap akhir pekan, saya harus melepaskan set-up-box atau dekoder TV Kabel dan menggoyang-goyang antena bambu diluar rumah untuk mendapat siaran langsung liga spanyol dari RCTI atau TRANS7. Sementara untuk menonton siaran liga inggris, saya cuma bisa gigit jari (nonton via internet?, gambarnya itu loh,…kecil dan gak dapat dinikmati ramai-ramai)
Era premium channel telah dimulai! TV Berbayar kini berbondong-bondong datang mengetuk pintu rumah. Menawarkan pilihan mudah atau makin sulit dijaman susah?
Tentu ini semua bukan sok keren dan gagah-gagahan. Percaya atau tidak, sekarang ini seluruh dunia tengah mempersiapkan migrasi siaran tv analog ke digital. Bahkan Amerika Serikat sudah seluruhnya telah resmi beralih ke siaran digital. Pernah gak sih ngebayangin, dengan siaran digital penonton tv acara American Idol cukup melakukan voting via tv-nya tanpa perlu ber-sms via ponsel seperti pemirsa di Indonesia.
Beadanya apa sih antara tv siaran analog dan digital ? Secara struktur, saluran tv analaog menggunakan gelombang UHF yang hanya mampu digunakan paling banyak oleh 14 channel saluran pemancar tv, sementara tv digital, setiap satu channel yang lebarnya 7-8 MHz bisa digunakan 6 program siaran tv. Kelebihan lainnya, dapat digunakan sebagai jalur internet broadband. Yang terakhir, dengan tv digital kita tak perlu lagi mengatur secara manual antena untuk mendapatkan siaran gambar yang bagus.
Yang memberatkan untuk menikmati siaran tv digital tentu harus berlangganan, istilahnya Pay TV atau TV Berbayar (umumnya Rp. 200.000-Rp.250.000 perbulan, bahkan ada juga yang menggunakan sistem prabayar). Sayangnya, belum semua wilayah dapat menikmati layanan ini. Baru ada 30 TV Berlangganan (60% TV Kabel, 20% satelit dan sisanya Terestrial) di beberapa kota besar saja di Indonesia yang mendapatakan izin beroperasi. Beberapa diantaranya : Aora TV, Astro Nusantara, B-TV, HomeCable, IM2 PayTV, Indovision, M2V Mobile TV, Telkomvision, dll.
Pelanggan TV Berbayar biasanya adalah pemilik rumahan dan korporasi yang tentunya berharap banyak dengan konten hiburan, informasi dan olaharaga yang ditawarkan. Hal ini yang saat ini memunculkan persaingan dan kompetisi antar TV Berbayar yang mulai tidak sehat.
Kalau dulu kita dimanjakan dengan siaran langsung olahraga, terutama sepakbola, secara gratis, kini kita diwajibkan mengeluarkan sejumlah uang atau berlangganan untuk menyaksikannya. Siaran seperti itu kini telah menjadi hak eksklusif dan cenderung dimonopoli oleh kehadiran TV Berbayar. Padahal untuk mendapatkan hak siar dari penyedia premium channel seperti ESPN biayanya luarbiasa besar.
Efeknya tentu bisa dilihat. Saya pun tak lagi akrab dengan siaran langsung olahraga. HomeCable alias Firstmedia alias Kabelvison yang saya gunakan, tak lagi mendapat ijin untuk menayangkan siaran langsung sepakbola dari TV swasta lain atau TV Berbayar lain. Kini, setiap akhir pekan, saya harus melepaskan set-up-box atau dekoder TV Kabel dan menggoyang-goyang antena bambu diluar rumah untuk mendapat siaran langsung liga spanyol dari RCTI atau TRANS7. Sementara untuk menonton siaran liga inggris, saya cuma bisa gigit jari (nonton via internet?, gambarnya itu loh,…kecil dan gak dapat dinikmati ramai-ramai)
Era premium channel telah dimulai! TV Berbayar kini berbondong-bondong datang mengetuk pintu rumah. Menawarkan pilihan mudah atau makin sulit dijaman susah?
Thanks for reading & sharing INFO COMPUTER
0 comments:
Post a Comment